
Saturday, September 20, 2008
Tuesday, September 2, 2008
Tafsir : Prof. Dr. Hamka
Surat AN-NAS(MANUSIA)
سورة: الناس
----------------------------------------------------------------------------------------

Say: I seek refuge with the Lord and Cherisher of Mankind,
مَلِكِ النَّاسِ
The King (or Ruler) of Mankind,
إِلَهِ النَّاسِ
The Allah (for judge) of Mankind,-
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
From the mischief of the Whisperer (of Evil), who withdraws (after his whisper),-
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
(The same) who whispers into the hearts of Mankind,-
مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
Among Jinns and among men.
Di dalam Surat yang terakhir dalam susunan al-Quran yang 114 Surat ini, disebutkanlah ajaran bagaimana caranya manusia berlindung kepada Allah dari sesamanya manusia.
Saya sendiri dan saudara yang membaca karangan ini adalah manusia. Dan kita pun hidup di tengah-tengah manusia. Selain dari hubungan kita dengan Allah, kita pun selalu berhubungan dengan sesama manusia. Tidak ada di antara kita yang dapat membebaskan diri daripada ikatan dengan sesama manusia.
Di tengah-tengah gelombang kehidupan manusia yang banyak itu, dengan berbagai macam ragam keinginan, kelakuan, cita-cita, lingkungan dan pendidikan terseliplah kita, saya dan saudara, sebagai peribadi. Menyisih dari sesama manusia tidak bisa, dan bergaul terus dengan mereka bukan tak ada pula akibatnya, akibat yang baik ataupun yang buruk.
Manusia bisa menguntungkan kita dan bisa membahayakan kita. Maka diajarkanlah pada Surat yang terakhir ini bagaimana cara kita menghadapi dan hidup di tengah-tengah manusia. Kita dengan ajaran melalui Nabi s.a.w. disuruh memperlindungkan diri kepada Allah! Karena Allah itulah Rabbun-Naasi, Pemelihara Manusia. Malikun-Naasi, Penguasa Manusia dan Ilahun-Naasi, Tuhan bagi manusia.
Allah adalah Rabbun, Malikun, Ilahun.
Tidaklah Allah membiarkan saja manusia hidup menurut semau-maunya.
Dan Dia adalah pula Malikun-Nasi, Penguasa dari seluruh manusia.
Kalau kalimat malik itu dibaca tidak dipanjangkan bacaan pada mim (tidak dengan madd, panjang dua alif menurut ilmu tajwid), berartilah dia Penguasa atau Raja. Pemerintah tertinggi atau Sultan. Tetapi kalau malik dibaca dengan dipanjangkan dua alif pada mim, berarti dia Yang Empunya.
Dipanjangkan membaca mim ataupun dibaca tidak dipanjangkan namun pada kedua bacaan itu memang terkandung kedua pengertian Allah itu memang Raja, atau Penguasa yang mutlak atas diri manusia Maha Kuasa Allah itu mentakdirkan dan mentadbirkan, sehingga mau tidak mau, kita manusia mesti menurut peraturan yang telah ditentukanNya, yang disebut Sunnatullah. Kalau kita hendak dilahirkannya ke duunia, hanya berasal dari setetes mani, kita pun lahir.
Kalau sudah jelas bahwa nyawa kita sendiri bukan kita manusia yang empunya, apalah lagi yang kita kuasai dan kita punyai di dalam diri kita ini?
Tidak ada!
Oleh sebab hanya Dia Pemelihara dan hanya Dia Penguasa, maka hanya Dia pulalah yang Ilah, hanya Dia sajalah yang Tuhan, yang wajar buat disembah dan dipuja. KepadaNyalah kembali segala persembahan dan segala pemujaan.
Kita perlindungkan diri kepada Allah, Pemelihara, Penguasa dan Tuhan dari Sarwa Sekalian Alam, dan khusus dari seluruh manusia dari segala marabahaya.
Pada Surat yang telah lalu, Surat 113, al-Falaq kita memperlindungkan diri kepada Allah sebagai Pemelihara dari pergantian malam kepada siang, dari kejahatan segala apa pun yang Dia jadikan.
Yaitu; "Dari kejahatan bisik-bisikan dari si pengintai-peluang." (ayat 4). lalah orang yang selalu mengintai kalau ada peluang. Yang selalu menunggu moga-moga kita terlengah. Maka saat kita terlengah itulah peluang yang baik baginya untuk membisik-bisikkan sesuatu!
"Yang membisik-bisikkan di dalam dada manusia." (ayat 5). Dia berbisik-bisik, bukan berterang-terang. Dia masuk ke dalam dada manusia secara halus sekali. Dia menumpang dalam aliran darah, dan darah berpusat ke jantung, dan jantung terletak dalam dada.
Tadinya hati kita telah bulat hendak berjihad fi Sabilillah; namun karena bisikan yang menembus hati itu, kita tidak jadi berjihad. Kita menjadi ragu akan maju ke muka. Bisikan dalam hati yang menghasilkan ragu-ragu itu sangatlah menurunkan mutu kita sebagai manusia. Dan perasaan yang dibisikkan oleh sesuatu di dalam dada itu telah diberi nama dalam ayat-ayat ini, yaitu waswas! Dan dia pun telah menjadi bahaya Indonesia kita; waswas.
Siapa yang memasukkan waswas ini ke dalam dada kita? Ditegaskan oleh ayat terakhir. Dia terdiri; "Daripada jin dan manusia." (ayat 6).
Si pengintai-peluang (ayat 4) disebut si KHANNAS!
Ada yang halus atau secara halus; itulah yang dari jin.Ada yang kasar secara kasar, itulah yang dari manusia.
Keduanya membujuk, merayu, setelah memperhatikan bahwa kita lengah.
Karena kelengahan kita, timbullah penyakit waswas dalam dada, hilang keberanian menegakkan yang benar dan menangkis yang salah, sehingga rugilah hidup di tengah-tengah pergaulan manusia yang menempuh jalan berliku-liku ini.
Qatadah menjelaskan; "Di keduanya ada syaitannya. Di kalangan jin ada syaitan-syaitan, di kalangan manusia pun ada syaitan-syaitan."
Tafsir dari Ustazul Imam Syaikh Muhammad Abduh lebih menjelaskan lagi. Kata beliau: "Yang membisik-bisikkan (was-was) ke dalam hati manusia itu adalah dua macam. Pertama ialah yang disebut jin itu, yaitu makhluk yang tak nampak oleh mata dan tidak diketahui mana orangnya tetapi terasa bagaimana dia memasukkan pengaruhnya ke dalam hati, membisikkan, merayukan. Dan semacam lagi ialah perayu yang kasar, yaitu manusia-manusia yang mengajak dan menganjurkan kepada jalan yang salah."
Imam Ghazali di dalam kitabnya "Ihya' Ulumiddin" yang terkenal itu memberikan bimbingan terperinci, bagaimana usaha supaya di dalam kita melakukan sembahyang jangan sampai si Khannas itu dapat memasukkan pengaruhnya ke dalam dada kita.
Dan sesungguhnya engkau memperlindungkan diri kepada Allah daripada perdayaan syaitan itu ialah dengan meninggalkan apa yang disukai syaitan, bukan semata-mata hanya berlindung diucapkan mulut.
Demikian jugalah adanya orang yang masih saja menuruti kehendak syahwatnya, padahal menurut syahwat itulah yang sangat disukai oleh syaitan dan dimurkai oleh Tuhan; tidaklah akan menolong kalau hanya ucapan, kalau hanya bacaan! Tetapi hendaklah di samping berucap dan membaca, ambil cepat tindakan meninggalkan lapangaan syaitan itu dan masuk ke dalam benteng yang tidak sedikit pun dapat dimasuki oleh musuh. Benteng yang teguh kokoh itu ialah yang pemah dijelaskan oleh Tuhan Azza wa Jalla dengan perantaraan lidah NabiNya s.a.w. Bahwa Tuhan per

"La Ilaha Illallah"; "Tidak ada Tuhan melainkan Allah adalah bentengKu; barangsiapa yang masuk melindungkan dirt ke dalam bentengKu, selamatlah is daripada azabKu."
* * * *
Maka banyaklah keterangan dari Rasulullah s.a.w sendiri tentang bagaimana pentingnya kedua Surat ini, yang selalu disebut "Mu`awwidzataini" (dua Surat perlindungan) untuk dijadikan bacaan pengokoh iman, penguat jiwa, penangkis bahaya.
Maka tersebutlah di dalam sebuah Hadis yang shahih, dirawikan oleh Bukhari, yang beliau terima dengan sanadnya daripada Ibu orang yang beriman Siti Aisyah (moga-moga Allah ridha kepadanya), bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. apabila hendak masuk ke dalam tempat tidurnya setiap malam, dikumpulnya kedua telapak tangannya, kemudian itu dibacanya; mula-mula "Qul Huwallaahu Ahad", sesudah itu "Qul A'uudzu Bi Rabbit Falaqi", sesudah itu "Qul A'uudzu Bi Rabbin-naasi", yang ditampungkannya sambil membaca itu dengan kedua telapak tangannya itu. Setelah selesai, maka dibarutkannyalah kedua telapak tangannya itu pada bahagian-bahagian yang dapat dicapai oleh kedua telapak tangannya itu, dengan dimulai dari kepalanya dan mukanya, terus kepadaa sseluruh badannya sampai ke bawah. Diperbuatnya demikian sampai tiga kali."
Selain dari Bukhari, Hadis ini pun dirawikan oleh ash-Habus-Sunan.
Dan seketika penulis tafsir ini masih lagi kecil, cara pelaksanaan Hadis ini telah diajarkan kepadaku oleh ayahku dan guruku. Dan dalam perjalanan-perjalanan musafir ketika saya menngiiringkan beliau, jaranglah aku tidak melihat beliau melakukan demikian. Demikianlah adanya; Amin.
Monday, September 1, 2008
ANDAI INI YANG TERAKHIR
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir;
tentu siangnya engkau sibuk berzikirtentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu mendayu..merayu...kepada-NYA Tuhan yang satu, andai kau tahu ini Ramadhan terakhir tentu sholatmu dikerjakan di awal waktu sholat dengan sungguh khusyuk lagi tawadhu' berserta iringan tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri menghadap Rabbul Jalil... dimana menangisi kecurangan janji "innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekalian alam]
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir;
tidak akan kau sia siakan walau sesaat yang berlalu setiap detik tak akan dibiarkan begitu saja di setiap kesempatan juga masa yang terluang alunan Al-Quran bakal kau dendang...bakal kau syairkan
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir,
tentu malammu engkau sibukkan denganbertarawih...berqiamullail...bertahajjud...mengadu...merintih...meminta belas kasih "sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU tapi...aku juga tidak sanggup untuk ke neraka-MU"
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir;
tentu dirimu tak akan melupakan mereka yang tersayang mari kita meriahkan Ramadhan, kita buru...kita cari...suatu malam idaman yang lebih baik dari seribu bulan
andai kau tahu ini Ramadhan terakhir;
tentu engkau bakal menyediakan batin dan zahir mempersiap diri...rohani dan jasmani menanti-nanti jemputan Izrail di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman
Duhai Ilahi....;
andai ini Ramadhan terakhir buat kamijadikanlah ia Ramadhan paling berarti...paling berseri...menerangi kegelapan hati kamimenyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu Ya Ilahisemoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti
Namun teman...;
tak akan ada manusia yang bakal mengetahui apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya?yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah berusaha...bersedia...meminta belas-NYA
andai benar ini Ramadhan terakhir buat kita POHON MAAFKAN SEMUA KESALAHAN YANG PERNAH DILAKUKAN
Wasiat - Menghadapi Bulan Ramadhan
BismiLlah wal HamduliLlah wa as-Syukru liLlah
yang telah mengekalkan kita dalam nikmat Iman dan Islam.
Ikhwan wa akhawatu fiLlah RahimahkumuLlah, insya`ALLAH.
Hari ini kita telah berada di dalam bulan yang penuh barakah, rahmat, pengampunan, kebahagiaan dan ganjaran dari ALLAH `Azzawajalla, bulan yang senantiasa dinanti-nantikan oleh ummat Nabi Muhammad ibn AbduLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam iaitu bulan Ramadhan.
Insya`ALLAH, disini, dapat diambil kesempatan untuk berkongsi sama wasiat-wasiat penyampaian dari Al-`Allamah Al-Habib Umar Bin Hafiz dalam ceramah beliau dalam menghadapi bulan Ramadhan. Diulaskan disini, insya`ALLAH, sebahagian wasiat-wasiat beliau, bahawa seyogyanya ada 3 hal yang harus kita laksanakan di awal bulan Ramadhan ini, yaitu:
1. Gembira dan senang dengan datangnya bulan Ramadhan, sebagaimana firman ALLAH Subhana wa Ta`ala :
"Katakanlah (wahai Muhammad ShalALLAHu`alaihiwasalam) dengan datangnya Anugerah ALLAH dan Rahmat-NYA, Maka dengan itu hendaknya mereka bergembira."
(Yunus ayat 58)
Dan juga Sabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan menjaganya dengan segenap kemampuannya, maka diampunilah seluruh dosanya yang telah lalu."(Hadiths riwayat Bukhari dan Muslim)
Dan diriwayatkan oleh Salman RadiALLAHu`anhu, bahwa RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam menyampaikan ceramahnya pada kami di hari terakhir bulan Sya`ban :
"Wahai para manusia sekalian, telah menyelimuti kalian bulan Agung yang penuh keberkahan, bulan yang padanya suatu malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, ALLAH menjadikan puasa di bulan ini merupakan hal yang fardhu (wajib), dan menjadikan Qiyam (tarawih) merupakan hal yang sunnah, barangsiapa yang beribadah dengan satu macam kebaikan maka sama saja pahalanya dengan menjalankan ibadah yang fardhu, barangsiapa yang beribadah dengan hal yang fardhu maka seakan ia telah mengerjakan 70X hal fardhu tersebut, inilah (Ramadhan)merupakan bulan kesabaran, dan balasan atas kesabaran adalah Syurga, inilah bulan kita saling membantu satu sama lain, inilah bulan dimana ALLAH menumpahkan rezeki NYA bagi orang mukmin."
(Hadiths riwayat Imam Ibn Khuzaimah dalam shahihnya)
2. Menjaga diri dan berhati-hati dari hal hal yang membuat kita terhalangi dan terusir dari kemuliaan Ramadhan, diantaranya adalah :
* menjaga lidah kita dari berdusta dan menjaga pula perbuatan kita dalam kedustaan dan penipuan,
* juga ucapan ucapan buruk dan perbuatan buruk,
* dan dari berbuka puasa dengan makanan haram dan syubhat,
* dan dari perbuatan yang menjatuhkan pahala puasa seperti memandang aurat yang bukan mahramnya,
* dan dari berdusta dan membicarakan aib orang lain,
* dan dari memutuskan hubungan silaturahmi,
* dan dari minum arak, ganja dan narkotika,
* dan dari dengki dan kebencian terhadap sesama muslimin, dan dari berbuat durhaka pada kedua orang tua.
Dan berhati-hatilah wahai mukimin dari berbuka puasa tanpa sebab yang jelas, Sabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Barangsiapa yang berbuka di hari Ramadhan tanpa sebab sakit, atau safar, atau udzur syar`I lainnya, maka tiadalah ia akan bisa membayarnya walaupun ia berpuasa sepanjang masa.
"(Hadiths riwayat Tirmidzi, Nasa`i, Abu Daud, Ibn Maajah, Ibn Khuzaimah dan Imam Baihaqi)
Maka berhati-hatilah wahai mukmin dalam menjaga keadaan puasamu, dan jangan pula kau berbuka puasa sebelum yakin telah tiba waktunya, karena sunnah untuk bersegera dalam buka puasa adalah setelah yakin sepenuhnya telah masuk waktu berbuka puasa.
3. Yang terakhir adalah bersungguh-sungguh dalam menghadapi hujan anugerah di bulan mulia ini, dan bersungguh-sungguh mendapatkan anugerah berlipat gandanya berbagai pahala dan di bentangkannya kesempatan untuk meraih derajat yang agung. Telah bersabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Sesungguhnya ALLAH telah mewajibkan bagi kalian berpuasa di siang harinya dan telah pulah mensunnahkan bagi kalian mendirikan shalat sunnah di malam harinya (tarawih), barangsiapa yang melakukan keduanya dengan keimanan dan kesungguhan, maka ia akan lepas dari seluruh dosanya sebagaimana saat ia baru dilahirkan oleh ibunya.
"(Hadiths riwayat Imam Nasa`i)
Maka seyogyanya kita memperbanyak berbagai amal ibadah di bulan mulia ini, terutama menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah, dan ketahuilah bahwa menjamu orang lain berbuka puasa merupakan hal yang agung pahalanya, sabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Barangsiapa yang menyediakan buka puasa bagi yang berpuasa dibulan Ramadhan, maka diampuni seluruh dosanya, dan kebebasan baginya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala puasa tersebut."
(Hadiths riwayat Ibn Khuzaimah dalam shahihnya)
Sabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Barangsiapa yang menyediakan buka puasa bagi orang yang berpuasa Ramadhan dengan makanan dan minuman yang halal, maka akan bershalawatlah para Malaikat baginya sepanjang waktu Ramadhan, dan akan bershalawatlah padanya Malaikat Jibril dimalam Lailatulqadr."
(Hadiths riwayat Imam Thabrani)
Sabda RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam :
"Diberikan untuk ummatku dibulan Ramadhan lima hal yang tidak diberikan pada para Nabi sebelumku, yaitu saat malam pertama bulan Ramadhan, ALLAH memandangi mereka dengan iba dan kasih sayang NYA, dan barangsiapa yang dipandangi ALLAH dengan iba dan kasih sayang NYA maka tak akan pernah diseksa selama-selamanya, yang kedua adalah aroma tak sedap dari mulut mereka di sore harinya lebih indah dihadapan ALLAH daripada wanginya Misk (bau tak sedap orang yang berpuasa akan menyusahkan mereka dan akan membuat mereka merasa terhina, namun balasan untuk keredhaan mereka karena hal yang tak mereka sukai dan perasaan terhina itu adalah justeru di sisi ALLAH hal itu sangatlah mulia), yang ketiga adalah sungguh para malaikat memohonkan pengampunan dosa bagi mereka sepanjang siang dan malam, yang keempat adalah ALLAH memerintah kepada Syurga seraya berfirman :
“Bersiaplah engkau (wahai Syurga), dan bersoleklah untuk menyambut hamba-hamba KU, AKU iba melihat mereka, barangkali mereka mesti beristirehat karena kepayahan menghadapi kehidupan mereka didunia untuk menuju Istana - Istana KU dan Megahnya Kedermawanan KU”, yang kelima adalah ketika malam terakhir dibulan Ramadhan maka diampunilah bagi mereka seluruhnya, maka bertanyalah seorang sahabat :
“apakah itu hadiah orang yang mendapatkan Lailatulqadr Wahai Rasulullah?”, maka Rasulullah ShalALLAHu`alaihiwasalam bersabda :
"Tidak, bukankah bila kau melihat para buruh bila selesai dari pekerjaannya harus segera dilunasi upahnya?"
(Hadiths riwayat Imam Baihaqi)
Maka ketahuilah bahwa RasuluLlah ShalALLAHu`alaihiwasalam bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan, lebih dari kesungguhannya di bulan lain, dan RasuluLlah ShalALLAHualaihiwasalam sangat teramat bersungguh- ungguh dalam beribadah di 10 malam terakhir bulan Ramadhan lebih dari kesungguhannya di hari-hari Ramadhan lainnya.
Maka berpanutlah pada Imam mu Nabi Muhammad ShalALLAHu`alaihiwasalam, janganlah tertipu dengan mengikuti kebiasaan sebagian orang yang bersungguh-sungguh di awalnya dan bermalas-malasan di akhirnya, karena kemuliaan justeru berpuncak pada akhirnya.
Wahai ALLAH perkenankan kami melewati kemuliaan Ramadhan, berpuasa dan menegakkan bermacam-macam amal mulia padanya, dari pembacaan Al Qur`an dan bertafakkur atas maknanya, serta menyambung silaturahmi serta berbuat baik dengan tetangga, dan selamat dari segala hal yang menghalangi kami dari kemuliaannya, dan shalawat serta salam atas Nabi Muhammad dan keluarga serta sahabatnya wal Hamdulillahi RABBil `alamiin... amiin.
Sumber asal : alhabibomar.com
Terjemahan oleh : Majelis RasuluLlah (ShalALLAHu`alaihiwasalam)
fi amanALLAH wALLAHu a`lam bisawab